MAYBE?
Written by Jaenimpark
Cast : Jeon Jeongguk, Shin Seulmin (OC)
Support Cast : Find It By Your Self
Genre : Comedy Romance
Length : Chapter
Rating : PG-15
Notes : This fanfiction belong to me. Jeongguk belong
to Bighit. OC belong to Me. NO PLAGIARISM! DON’T LIKE? DON’T READ!
-
-
-
"Mungkin
hari ini aku bisa bilang benci. Tapi mungkin juga besok aku bilang cinta.
-
-
Ranting pohon disepanjang jalan itu berderik
terkena terpaan halus angin sore. Dedaunan yang telah menggugurkan diri itupun
tak henti hentinya terhuyung kian kemari dipermainkan angin. Entah apa yang
tengah dilakukannya. Sesekali ia melewati orang orang dengan mengusiknya.
Seolah tak rela wilayah kekuasaannya dilewati.
Kehidupan ini sungguh sebuah misteri. Semua
makhluk mempunyai rahasianya sendiri. Tak terkecuali angin. Tapi satu hal yang
benar benar merupakan misteri yang masih belum bisa kupecahkan didunia ini.
Hati. Oh bukan. Perasaan maksudku. Hari ini bisa saja perasaanku bilang benci.
Tapi keesokan harinya bisa saja dia bilang suka. Hmm.. atau cinta? Mungkin?
Entahlah. Lagi pula. Apa itu cinta?
Pernah dengar pepatah 'tidak ada yang tidak
mungkin terjadi di dunia ini’?
Menurutku pepatah itu tak seharusnya ada.
Karna jika pepatah itu tidak ada. Mungkin saja aku jadi.. tidak mungkin
mencintai namja itu. Ya. Namja yang kukutuk setengah mati itu.
Dan mungkin seumur hidup aku akan terus
mengutuk kata Mungkin itu. Oh tidak. Bukan seumur hidup maksudku. Sampai aku bisa
memastikan apa sebenarnya yang telah mengusik hari-hariku selama ini. Apa nama
perasaan yang telah membuatku bersikap aneh ini. Dan apa penyebab jantung ini
bekerja lebih keras dari biasanya tiap melihat namja itu.
Mungkin? Atau mungkin tidak. Entahlah.
***
"YAA!! Chakkamman! Aku belum selesai
dengan kalian!"
Yeoja berambut hitam kelam itu tengah berlari
kepayahan sambil terus meneriaki dua namja yang juga sibuk berlari menghindari
yeoja itu entah karena apa. Wajahnya tampak begitu kesal.
"Park Sungran! Shin Dongho!"
Teriaknya sekali lagi tak peduli akan orang
orang yang tengah asik menonton aksi kejar kejaran dilorong sekolah itu.
Ditambah lagi saat ini sudah masuk jam istirahat dan tentu saja semua murid
tengah luang. Ya. Semuanya. Kecuali orang orang ini.
"Ketua tolong kami!"
Kedua namja yang tengah dikejar itu
berlindung dibalik seorang namja berambut maroon yang tak sengaja melewati
koridor yang kebetulan kosong itu. Wajah bingungnya segera berubah setelah
melihat apa yang tengah mengejar dua orang yang memanggilnya ketua itu.
"Jeon Jeongguk minggir! Aku ada urusan
dengan mereka berdua"
Perintah yeoja itu setelah mengatur nafasnya
seusai berlari.
"Ya! Aku bilang minggir!"
Teriaknya lagi melihat namja yang
dipanggilnya jeongguk itu tak beranjak.
"An?dwae"
Namja itu mehrong dan lantas membuat yeoja
itu tak tahan lagi.
"Sekkiya! Cepat beranjak sebelum
kupatahkan lehermu!"
"Wooaaa ternyata jagoan karate kita
sedang marah hahaha"
Bukannya takut akan gertakan yeoja itu,
jeongguk malah mengejeknya. Yeoja itu benar benar sudah naik pitam saat ini. Ia
menggulung lengan bajunya dan bersiap mengambil kuda kuda untuk menghajar namja
menyebalkan yang tidak takut mati dihadapannya ini.
PLAK! PLAK!
"Awh!”
“Appeuda!"
Dan ya.. Kejadian yang tak ingin dilihat itu
berhasil digagalkan seorang yeoja bersurai coklat gelap yang baru saja
menggeplak puncak kepala kedua insan yang hampir saja beradu tinju itu dengan
buku tebalnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan disini
hah?!"
Tanya yeoja itu galak membuat keempat manusia
itu bergidik ngeri. Tak satupun dari mereka berani menjawab pertanyaannya.
“Shin Seulmin! Jeon Jeongguk!”
"Arayo Haneul-a. Seperti biasa aku
sedang melakukan inspeksi ke tiap kelas dan lagi lagi dua orang dibalakang itu
melanggar dan saat akan dihukum mereka malah kabur dan namja sialan ini malah
melindungi mereka"
Seulmin dengan terpaksa memberanikan diri
untuk menjawab sebelum yeoja itu mengamuk lagi.
"Siapa yang kau sebut sialan hah?!"
Tanya jeongguk tak terima.
"Siapa lagi kalau bukan namja bergigi
kelinci didepanku ini"
Dan seketika mereka berdua malah jadi
bersemangat melakukan kegiatan saling mencela itu. Melupakan keberadaan orang yang baru saja melerai mereka.
"Hentikaaaan!!! Ya! Jeon jeongguk!
Menjauhlah dari tempat ini dan bawa dua pengawalmu ini. Shin seulmin! berhenti
berbicara dengan meninggikan nada suaramu seperti itu! Sekarang cepat ikuti
aku!"
"Shiroyo!"
“Shiroyo!”
Jawab keduanya serempak.
"Kalian mau aku pukul dengan buku ini lagi
hah?!"
Kekuatan sebuah kamus. Punya halaman terlalu
tebal dan dilapisi dengan cover keras dan tebal. Siapa yang tertarik dihajar
oleh benda itu? Tidak siapapun.
Jadi begitulah jasa sebuah kamus menghentikan
pertengkaran tidak penting seulmin dan jeongguk siang itu. yah walaupun yang
sebenarnya haneul jauh lebih menakutkan daripada kamus itu.
***
“Aku benci namja itu”
Ujar seulmin yang tengah berdiri berdampingan
dengan seorang yeoja berambut coklat eboni diberanda koridor lantai dua yang menghadap
langsung pada loker yang berada dilantai satu. Matanya menatap namja yang
dimaksud yang tengah berjalan dikoridor itu dengan beberapa pengikutnya
dibelakangnya. Pemandangan yang memang sudah biasa terlihat setiap hari. Sampai
saat ini seulmin masih tak habis pikir apa yang membuat namja itu disegani
banyak orang dan memiliki banyak pengikut. Padahal kepribadiannya benar-benar
minus dan sangat jauh dari kata teladan.
“Sebaiknya kau tak menyesali kata-katamu
barusan”
Balas yeoja disampingnya yang tengah memainkan
ponsel layar sentuhnya itu tanpa menatap si lawan bicara. Seulmin mengalihkan pandangannya
pada temannya itu sejenak. Ia terkekeh pelan mendengar pernyataan yeoja
berjaket hitam itu. Menyesal? Lucu sekali.
“Tentu saja tidak. Tidak akan pernah. Dan itu
tidak akan mungkin pernah terjadi, Choi Ara”
Jawabnya setelah meletakkan kedua tangannya
dibahu yeoja bermarga choi itu.
“Kita lihat saja nanti”
“Aw!”
Tantangnya setelah menjentik dahi seulmin
yang tertutup poni itu. seulmin memegangi dahinya sambil meringis dan terus
menyalahkan ara yang malah berjalan menuruni tangga yang berada tak jauh dari
tempat mereka berdiri sambil terus menertawakan temannya itu.
BRUK
“YA!”
Teriak seulmin refleks setelah ditabrak namja
berambut coklat keemasan yang tampak menaiki tangga dengan terburu-buru sampai
tak memperhatikan langkahnya.
“J-Jeosonghamnida seulmin-ssi. Aku
benar-benar tidak sengaja”
Maaf namja itu lalu membungkuk pada seulmin
yang baru saja berdiri setelah dibantu ara. Matanya membulat setelah sadar
siapa yang baru saja dibentaknya.
“Luhan sunbaenim?! Ah gwenchanayo sunbae, aku
hanya terkejut sedikit tadi, hehe”
Jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang
tidak gatal.
“Baiklah kalau begitu, aku duluan ne?”
Seulmin hanya membalasnya dengan senyuman
selebar mungkin, ia hanya bisa menatap punggung namja yang perlahan menghilang
dari pandangannya itu lalu kemudian berbalik kearah ara yang ternyata sudah
memasang wajah super menyebalkan dibelakangnya. Cengengesan sambil menggodai
wajahnya yang sudah memerah.
“Mwo?!”
Ara yang ditanyai malah menepuk tangannya
kegirangan lalu kembali menuruni tangga meninggalkan seulmin yang tak habis
pikir pada temannya yang tidak bisa menghilangkan sifat aneh kekanakannya itu.
Menyebalkan.
“Ara-ya, jangan bilang kau akan menceritakan
ini pada adikku”
Seulmin membuat langkah temannya itu terhenti
sejenak. Ia memiringkan kepalanya kekanan, membiarkan surai coklatnya itu
terjatuh mengikuti gerakan kepalanya.
“Ide bagus. Haha terimakasih seulmin chagi!”
seulmin hanya bisa membatu sambil mengutuk dirinya dalam hati setelah ara berlari meninggalkannya. Sial. Seharusnya ia tak mengatakan itu. tentu saja ara tak akan mengatakan hal ini pada siapapun kecuali jika diingatkan. Babo seulmin.
seulmin hanya bisa membatu sambil mengutuk dirinya dalam hati setelah ara berlari meninggalkannya. Sial. Seharusnya ia tak mengatakan itu. tentu saja ara tak akan mengatakan hal ini pada siapapun kecuali jika diingatkan. Babo seulmin.
***
Malam itu keadaan ruang makan di kediaman
keluarga Shin itu tampaknya tengah mengeluarkan aura yang tidak bagus. Meskipun
sang nyonya rumah tetap mondar-mandir dari dapur ke ruangan itu dengan
santainya, hal itu tidak sama sekali mengusik dua orang kakak beradik yang tengah
saling menatap sengit dimeja makan yang masih belum lengkap itu. Ya, kira-kira
mereka sudah begitu sejak setengah jam lalu. Tak satupun dari mereka yang mengeluarkan
kata-kata, hanya dengan saling menatap mereka sudah terlihat seperti tengah
mempertengkarkan sesuatu. Telepati?
“Sudahlah, aku lelah”
Ujar namja berambut hitam kelam itu membuka
percakapan.
“Aku belum selesai denganmu”
Yeoja bersurai senada dengan namja
dihadapannya itu menahan.
“Kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku
dari tadi. Jadi apa? Cepat atau aku tak akan mendengarkanmu lagi”
“Bicaralah yang sopan dongho-ah. Dia itu
nunamu”
Sela yeoja paruh baya yang tengah menyiapkan
makanan didapur itu.
“Arasseo eomma. Jadi seulmin nuna, apa yang
ingin nuna bicarakan denganku? Ayolah katakana saja, dongsaengmu ini sudah
lelah duduk disini dari tadi”
“Kau malah jadi menjijikkan bicara seperti
itu, baboya”
Niat baik dongho malah diruntuhkan oleh
seulmin yang merupakan nunanya itu.
“Apakah tadi kau bertemu dengan ara
disekolah?”
Lanjutnya bertanya.
“Tentu saja”
Balas dongho singkat.
“Apa ara mengatakan sesuatu?”
Tanyanya mencondongkan tubuh pada dongsaengnya
itu.
“Ani, hanya menyapa dan lalu pergi bersama
sungran”
Mendengar pernyataan adiknya yang terlihat
jujur itu seulmin baru bisa bernafas lega. Ia benar-benar tak bisa membayangkan
bagaimana reaksi adiknya jika mengetahui apa yang terjadi tadi siang.
Seharusnya ia tau bahwa temannya yang satu itu tidak akan melakukan hal sebodoh
itu.
“Memangnya ada apa?”
Pertanyaan sederhana itu kembali mengejutkan
seulmin.
“Eh, a-aniyo. Hehe. Tidak ada apa-apa.
Terimakasih ne dongsaengku yang sangaaat kyeopta. Aku keatas dulu”
Balas seulmin terbata lalu beranjak dari meja
makan itu.
“Kau tidak makan malam seulmin-ah?”
Teriak ibunya pada seulmin yang sudah menaiki
tangga.
“Aku tidak lapar eomma”
Ibunya menatap dongho dengan tatapan
bertanya, namun yang ditanyai hanya bisa mengangkat bahu pertanda tidak tau
apa-apa.
***
Pagi itu burung parkit yang biasa berkicau
didepan jendela kamar itu tampaknya belum terbangun. Yeoja berambut sehitam
malam itu tampak tengah memandangi langit begitu serius. Entah untuk mencari
awan yang tak terlihat menutupi langit biru hari itu atau untuk memastikan hari
ini benar-benar cerah, atau juga mencari keberadaan burung parkit yang
tiba-tiba diam itu. Ia menghela nafasnya ringan lalu meraih ransel hitam diatas
meja belajarnya dan meninggalkan kamar yang sudah rapih itu menuju ruang makan.
“Pulang sekolah nanti kalian berdua harus
mengosongkan jadwal”
Ujar seorang pria paruh baya bertuxedo hitam
mengawali pembicaraan disaat sarapan pagi yang awalnya tenang itu.
“Apakah kalian punya acara penting pulang
sekolah nanti? Seulmin? Dongho?”
Sambung wanita yang merupakan eomma dari
kedua orang yang ditanyai itu lembut.
“Kebetulan tidak ada eomma. Kalau dongho…dia pastinya
tidak akan perah punya acara yang cukup penting setiap hari”
Jawab yeoja berwajah tirus itu mengejek
dongsaengnya yang sedang terfokus pada roti panggangnya itu.
“Ya shin seulmin”
Sanggah adiknya dengan nada seseram mungkin
tak terima dengan perkataan kakaknya barusan.
“Mwo?”
Tanya seulmin mengikuti nada bicara
namsaengnya.
“Cih, kalau begitu aku pergi dulu ne, eomma,
appa”
Pamit dongho mengalihkan pembicaraan dari
nunanya yang menyebalkan itu. disandangnya ransel abu-abu miliknya itu lalu
beranjak menuju pintu.
“Ya shin dongho tunggu aku! Eomma appa aku
berangkat dulu ne. annyeong”
“Pulang sekolah nanti kalian akan dijemput.
Kita akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Jeon. Jadi jaga sikap kalian”
Jelas appanya sebelum seulmin benar-benar
meninggalkan meja makan.
“Arasseo appa
.
.
.
.
.
.
.
.
.
MWO?! KELUARGA JEON?! JEON…….JEON JEONGGUK?!”
TBC
Selesaaaaiii!! Yehet! Wakaka.
Gue tau meskipun ff yaoi gue lebih laku dari
pada ff romance gue tapi tetep aja ini buat Menuhin janji ke temen gue tercinta
dan ternista, salma kemayu ;* wkwk
Yang baca jejak juseyyooo.
Pai pai’-‘)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar