Jumat, 25 April 2014

Maybe? [Chapter 1]



MAYBE?

Written by Jaenimpark

Cast : Jeon Jeongguk, Shin Seulmin (OC)

Support Cast : Find It By Your Self

Genre : Comedy Romance

Length : Chapter
Rating : PG-15

Notes : This fanfiction belong to me. Jeongguk belong to Bighit. OC belong to Me. NO PLAGIARISM! DON’T LIKE? DON’T READ!

-

-

-

"Mungkin hari ini aku bisa bilang benci. Tapi mungkin juga besok aku bilang cinta.
Maybe?"

 

-


-

Ranting pohon disepanjang jalan itu berderik terkena terpaan halus angin sore. Dedaunan yang telah menggugurkan diri itupun tak henti hentinya terhuyung kian kemari dipermainkan angin. Entah apa yang tengah dilakukannya. Sesekali ia melewati orang orang dengan mengusiknya. Seolah tak rela wilayah kekuasaannya dilewati.

Kehidupan ini sungguh sebuah misteri. Semua makhluk mempunyai rahasianya sendiri. Tak terkecuali angin. Tapi satu hal yang benar benar merupakan misteri yang masih belum bisa kupecahkan didunia ini. Hati. Oh bukan. Perasaan maksudku. Hari ini bisa saja perasaanku bilang benci. Tapi keesokan harinya bisa saja dia bilang suka. Hmm.. atau cinta? Mungkin? Entahlah. Lagi pula. Apa itu cinta?

Pernah dengar pepatah 'tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini’?
Menurutku pepatah itu tak seharusnya ada. Karna jika pepatah itu tidak ada. Mungkin saja aku jadi.. tidak mungkin mencintai namja itu. Ya. Namja yang kukutuk setengah mati itu.

Dan mungkin seumur hidup aku akan terus mengutuk kata Mungkin itu. Oh tidak. Bukan seumur hidup maksudku. Sampai aku bisa memastikan apa sebenarnya yang telah mengusik hari-hariku selama ini. Apa nama perasaan yang telah membuatku bersikap aneh ini. Dan apa penyebab jantung ini bekerja lebih keras dari biasanya tiap melihat namja itu.

Mungkin? Atau mungkin tidak. Entahlah.

***


"YAA!! Chakkamman! Aku belum selesai dengan kalian!"

Yeoja berambut hitam kelam itu tengah berlari kepayahan sambil terus meneriaki dua namja yang juga sibuk berlari menghindari yeoja itu entah karena apa. Wajahnya tampak begitu kesal.
"Park Sungran! Shin Dongho!"
Teriaknya sekali lagi tak peduli akan orang orang yang tengah asik menonton aksi kejar kejaran dilorong sekolah itu. Ditambah lagi saat ini sudah masuk jam istirahat dan tentu saja semua murid tengah luang. Ya. Semuanya. Kecuali orang orang ini.
"Ketua tolong kami!"
Kedua namja yang tengah dikejar itu berlindung dibalik seorang namja berambut maroon yang tak sengaja melewati koridor yang kebetulan kosong itu. Wajah bingungnya segera berubah setelah melihat apa yang tengah mengejar dua orang yang memanggilnya ketua itu.
"Jeon Jeongguk minggir! Aku ada urusan dengan mereka berdua"
Perintah yeoja itu setelah mengatur nafasnya seusai berlari.
"Ya! Aku bilang minggir!"
Teriaknya lagi melihat namja yang dipanggilnya jeongguk itu tak beranjak.
"An?dwae"
Namja itu mehrong dan lantas membuat yeoja itu tak tahan lagi.
"Sekkiya! Cepat beranjak sebelum kupatahkan lehermu!"
"Wooaaa ternyata jagoan karate kita sedang marah hahaha"
Bukannya takut akan gertakan yeoja itu, jeongguk malah mengejeknya. Yeoja itu benar benar sudah naik pitam saat ini. Ia menggulung lengan bajunya dan bersiap mengambil kuda kuda untuk menghajar namja menyebalkan yang tidak takut mati dihadapannya ini.



PLAK! PLAK!



"Awh!”
“Appeuda!"

Dan ya.. Kejadian yang tak ingin dilihat itu berhasil digagalkan seorang yeoja bersurai coklat gelap yang baru saja menggeplak puncak kepala kedua insan yang hampir saja beradu tinju itu dengan buku tebalnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan disini hah?!"
Tanya yeoja itu galak membuat keempat manusia itu bergidik ngeri. Tak satupun dari mereka berani menjawab pertanyaannya.
“Shin Seulmin! Jeon Jeongguk!”
"Arayo Haneul-a. Seperti biasa aku sedang melakukan inspeksi ke tiap kelas dan lagi lagi dua orang dibalakang itu melanggar dan saat akan dihukum mereka malah kabur dan namja sialan ini malah melindungi mereka"
Seulmin dengan terpaksa memberanikan diri untuk menjawab sebelum yeoja itu mengamuk lagi.
"Siapa yang kau sebut sialan hah?!"
Tanya jeongguk tak terima.
"Siapa lagi kalau bukan namja bergigi kelinci didepanku ini"
Dan seketika mereka berdua malah jadi bersemangat melakukan kegiatan saling mencela itu. Melupakan keberadaan orang  yang baru saja melerai mereka.
"Hentikaaaan!!! Ya! Jeon jeongguk! Menjauhlah dari tempat ini dan bawa dua pengawalmu ini. Shin seulmin! berhenti berbicara dengan meninggikan nada suaramu seperti itu! Sekarang cepat ikuti aku!"
"Shiroyo!"
“Shiroyo!”
Jawab keduanya serempak.
"Kalian mau aku pukul dengan buku ini lagi hah?!"
Kekuatan sebuah kamus. Punya halaman terlalu tebal dan dilapisi dengan cover keras dan tebal. Siapa yang tertarik dihajar oleh benda itu? Tidak siapapun.

Jadi begitulah jasa sebuah kamus menghentikan pertengkaran tidak penting seulmin dan jeongguk siang itu. yah walaupun yang sebenarnya haneul jauh lebih menakutkan daripada kamus itu.


***

“Aku benci namja itu”
Ujar seulmin yang tengah berdiri berdampingan dengan seorang yeoja berambut coklat eboni  diberanda koridor lantai dua yang menghadap langsung pada loker yang berada dilantai satu. Matanya menatap namja yang dimaksud yang tengah berjalan dikoridor itu dengan beberapa pengikutnya dibelakangnya. Pemandangan yang memang sudah biasa terlihat setiap hari. Sampai saat ini seulmin masih tak habis pikir apa yang membuat namja itu disegani banyak orang dan memiliki banyak pengikut. Padahal kepribadiannya benar-benar minus dan sangat jauh dari kata teladan.
“Sebaiknya kau tak menyesali kata-katamu barusan”
Balas yeoja disampingnya yang tengah memainkan ponsel layar sentuhnya itu tanpa menatap si lawan bicara. Seulmin mengalihkan pandangannya pada temannya itu sejenak. Ia terkekeh pelan mendengar pernyataan yeoja berjaket hitam itu. Menyesal? Lucu sekali.
“Tentu saja tidak. Tidak akan pernah. Dan itu tidak akan mungkin pernah terjadi, Choi Ara”
Jawabnya setelah meletakkan kedua tangannya dibahu yeoja bermarga choi itu.
“Kita lihat saja nanti”
“Aw!”
Tantangnya setelah menjentik dahi seulmin yang tertutup poni itu. seulmin memegangi dahinya sambil meringis dan terus menyalahkan ara yang malah berjalan menuruni tangga yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri sambil terus menertawakan temannya itu.


BRUK


“YA!”
Teriak seulmin refleks setelah ditabrak namja berambut coklat keemasan yang tampak menaiki tangga dengan terburu-buru sampai tak memperhatikan langkahnya.
“J-Jeosonghamnida seulmin-ssi. Aku benar-benar tidak sengaja”
Maaf namja itu lalu membungkuk pada seulmin yang baru saja berdiri setelah dibantu ara. Matanya membulat setelah sadar siapa yang baru saja dibentaknya.
“Luhan sunbaenim?! Ah gwenchanayo sunbae, aku hanya terkejut sedikit tadi, hehe”
Jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Baiklah kalau begitu, aku duluan ne?”
Seulmin hanya membalasnya dengan senyuman selebar mungkin, ia hanya bisa menatap punggung namja yang perlahan menghilang dari pandangannya itu lalu kemudian berbalik kearah ara yang ternyata sudah memasang wajah super menyebalkan dibelakangnya. Cengengesan sambil menggodai wajahnya yang sudah memerah.
“Mwo?!”
Ara yang ditanyai malah menepuk tangannya kegirangan lalu kembali menuruni tangga meninggalkan seulmin yang tak habis pikir pada temannya yang tidak bisa menghilangkan sifat aneh kekanakannya itu. Menyebalkan.
“Ara-ya, jangan bilang kau akan menceritakan ini pada adikku”
Seulmin membuat langkah temannya itu terhenti sejenak. Ia memiringkan kepalanya kekanan, membiarkan surai coklatnya itu terjatuh mengikuti gerakan kepalanya.
“Ide bagus. Haha terimakasih seulmin chagi!”
seulmin hanya bisa membatu sambil mengutuk dirinya dalam hati setelah ara berlari meninggalkannya. Sial. Seharusnya ia tak mengatakan itu. tentu saja ara tak akan mengatakan hal ini pada siapapun kecuali jika diingatkan. Babo seulmin.


***


Malam itu keadaan ruang makan di kediaman keluarga Shin itu tampaknya tengah mengeluarkan aura yang tidak bagus. Meskipun sang nyonya rumah tetap mondar-mandir dari dapur ke ruangan itu dengan santainya, hal itu tidak sama sekali mengusik dua orang kakak beradik yang tengah saling menatap sengit dimeja makan yang masih belum lengkap itu. Ya, kira-kira mereka sudah begitu sejak setengah jam lalu. Tak satupun dari mereka yang mengeluarkan kata-kata, hanya dengan saling menatap mereka sudah terlihat seperti tengah mempertengkarkan sesuatu. Telepati?
“Sudahlah, aku lelah”
Ujar namja berambut hitam kelam itu membuka percakapan.
“Aku belum selesai denganmu”
Yeoja bersurai senada dengan namja dihadapannya itu menahan.
“Kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku dari tadi. Jadi apa? Cepat atau aku tak akan mendengarkanmu lagi”
“Bicaralah yang sopan dongho-ah. Dia itu nunamu”
Sela yeoja paruh baya yang tengah menyiapkan makanan didapur itu.
“Arasseo eomma. Jadi seulmin nuna, apa yang ingin nuna bicarakan denganku? Ayolah katakana saja, dongsaengmu ini sudah lelah duduk disini dari tadi”
“Kau malah jadi menjijikkan bicara seperti itu, baboya”
Niat baik dongho malah diruntuhkan oleh seulmin yang merupakan nunanya itu.
“Apakah tadi kau bertemu dengan ara disekolah?”
Lanjutnya bertanya.
“Tentu saja”
Balas dongho singkat.
“Apa ara mengatakan sesuatu?”
Tanyanya mencondongkan tubuh pada dongsaengnya itu.
“Ani, hanya menyapa dan lalu pergi bersama sungran”
Mendengar pernyataan adiknya yang terlihat jujur itu seulmin baru bisa bernafas lega. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana reaksi adiknya jika mengetahui apa yang terjadi tadi siang. Seharusnya ia tau bahwa temannya yang satu itu tidak akan melakukan hal sebodoh itu.
“Memangnya ada apa?”
Pertanyaan sederhana itu kembali mengejutkan seulmin.
“Eh, a-aniyo. Hehe. Tidak ada apa-apa. Terimakasih ne dongsaengku yang sangaaat kyeopta. Aku keatas dulu”
Balas seulmin terbata lalu beranjak dari meja makan itu.
“Kau tidak makan malam seulmin-ah?”
Teriak ibunya pada seulmin yang sudah menaiki tangga.
“Aku tidak lapar eomma”

Ibunya menatap dongho dengan tatapan bertanya, namun yang ditanyai hanya bisa mengangkat bahu pertanda tidak tau apa-apa.


***


Pagi itu burung parkit yang biasa berkicau didepan jendela kamar itu tampaknya belum terbangun. Yeoja berambut sehitam malam itu tampak tengah memandangi langit begitu serius. Entah untuk mencari awan yang tak terlihat menutupi langit biru hari itu atau untuk memastikan hari ini benar-benar cerah, atau juga mencari keberadaan burung parkit yang tiba-tiba diam itu. Ia menghela nafasnya ringan lalu meraih ransel hitam diatas meja belajarnya dan meninggalkan kamar yang sudah rapih itu menuju ruang makan.

“Pulang sekolah nanti kalian berdua harus mengosongkan jadwal”
Ujar seorang pria paruh baya bertuxedo hitam mengawali pembicaraan disaat sarapan pagi yang awalnya tenang itu.
“Apakah kalian punya acara penting pulang sekolah nanti? Seulmin? Dongho?”
Sambung wanita yang merupakan eomma dari kedua orang yang ditanyai itu lembut.
“Kebetulan tidak ada eomma. Kalau dongho…dia pastinya tidak akan perah punya acara yang cukup penting setiap hari”
Jawab yeoja berwajah tirus itu mengejek dongsaengnya yang sedang terfokus pada roti panggangnya itu.
“Ya shin seulmin”
Sanggah adiknya dengan nada seseram mungkin tak terima dengan perkataan kakaknya barusan.
“Mwo?”
Tanya seulmin mengikuti nada bicara namsaengnya.
“Cih, kalau begitu aku pergi dulu ne, eomma, appa”
Pamit dongho mengalihkan pembicaraan dari nunanya yang menyebalkan itu. disandangnya ransel abu-abu miliknya itu lalu beranjak menuju pintu.
“Ya shin dongho tunggu aku! Eomma appa aku berangkat dulu ne. annyeong”
“Pulang sekolah nanti kalian akan dijemput. Kita akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Jeon. Jadi jaga sikap kalian”
Jelas appanya sebelum seulmin benar-benar meninggalkan meja makan.
“Arasseo appa
.
.
.
.
.
.
.
.
.
MWO?! KELUARGA JEON?! JEON…….JEON JEONGGUK?!”








TBC






Selesaaaaiii!! Yehet! Wakaka.
Gue tau meskipun ff yaoi gue lebih laku dari pada ff romance gue tapi tetep aja ini buat Menuhin janji ke temen gue tercinta dan ternista, salma kemayu ;* wkwk
Yang baca jejak juseyyooo.
Pai pai’-‘)/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar